“Semua
keselamatan dan kesejahteraan itu terletak kepada keredhaan seseorang terhadap
takdir, memendekkan angan-angan dan
bersikap zuhud terhadap dunia. Jika melihat
adanya kelemahan
di dalam diri kamu, maka hindarkanlah sifat itu dengan
mengingati kematian dan memendekkan angan-angan.” (293)
“Pisahkanlah
dunia ini daripada dirimu, sebelum engkau dipisahkan daripadanya.
Tinggalkanlah dunia ini sebelum engkau ditinggalkannya.
Berdiamlah engkau
sebelum engkau didiamkan oleh keluargamu dan semua manusia. Semuanya ini tidak
akan bermanfaat bagimu setelah engkau menemui
kuburmu. Bertaubatlah engkau daripada memperolehi dan memakan semua yang
mubah dengan syahwatmu.” ( 295)
“Beramallah dengan ikhlas, sibukkanlah dirimu dengan Allah dan
tinggalkanlah kesibukan dengan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
Janganlah
engkau sibuk dengan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirimu.
Kawallah
nafsumu, sehingga engkau mampu untuk menundukkannya, memaksanya, menghinakannya
dan menjadikannya patuh kepada dirimu, sehingga engkau mampu mengharungi padang pasir dunia yang gersang dan tandus
untuk menuju ke akhirat. Engkau mampu menembusi makhluk sehingga engkau sampai
kepada Allah Yang maha Haq”. (302)
“Turutilah kehendak Allah di dalam hak makhluk-Nya,
dan janganlah kamu mengikut kemahuan makhluk dalam hak Allah”
(301 )
“Tanamilah kawasan
ladangmu itu dengan hati dan jasadmu, iaitu keimanan. Kemudian hendaklah engkau olah dengan sempurna dan menyiraminya dengan
amal kebajikan. Jika hati lunak, mempunyai rasa belas kasihan dan kasih sayang,
maka keimanan akan tumbuh di dalamnya.
Sebaliknya,
jika hati itu keras, kejam dan kasar, maka ia tak ubahnya sebagai tanah yang tandus
dan gersang, sedangkan tanah yang tandus dan gersang itu tidak akan ditumbuhi
oleh tumbuh-tumbuhan”. ( 299)
“Beramallah kamu,
bersungguh-sungguhlah dalam melakukannya dan janganlah engkau menganggap berat
dalam melakukan sesuatu amal. Orang yang tidak beramal akan selalu tamak,
sementara orang-orang yang berasa berat dalam melakukan amal itu akan membangga
diri dan terpedaya”. (294)
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
Menjadi Kekasih Allah: Wasiat & Nasihat Kerohanian
Tiada ulasan:
Catat Ulasan