Allah menyatakan dengan tegas bahawa Dia Maha Pemurah
dan Pengasih. “Rahmat-Ku mendahului marah-Ku” (HR Bukhari, Muslim, dan
Ahmad).
Dalam Hadis Qudsi Allah Azza wa
Jalla berfirman: ”Jika seorang hamba-Ku bertekad akan melakukan kebaikan,
namun tidak sempat melaksanakannya, Aku akan mencatat satu kebaikan baginya.
Jika dia jadi melaksanakan tekadnya itu, aku catatkan sepuluh kebaikan, bahkan
sampai tujuh ratus kali lipat baginya. Dan jika hamba-Ku bertekad akan melaksanakan
keburukan namun tidak jadi melaksanakannya, Aku tidak akan mencatatnya sebagai
dosa baginya. Lalu, jika ia melakukan keburukan tersebut, Aku hanya mencatat
satu keburukan” (Hadis shahih dikeluarkan oleh Thabrani dan Abu
Syaikh).
Allah Azza wa Jalla berfirman ”Barangsiapa mengetahui
bahawa Aku mempunyai kekuasaan untuk mengampuni berbagai dosa, Aku akan
mengampuni dia dan aku tak peduli (akan banyaknya dosa). Hal itu Aku berikan
sepanjang dia tidak musyrik kepada-Ku” (HR Al Hakim dan Ath Thabrani).
“Sesungguhnya syaitan berkata ‘Demi keagungan-Mu wahai
Tuhanku ! Aku tidak akan berhenti menyesatkan hamba-hamba-Mu selama nyawa
mereka masih berada dalam badannya’. Allah SWT berkata ‘Demi keagungan-Ku, Aku
tidak akan berhenti memaafkan mereka, selama mereka meminta ampunan kepada-Ku” (Hadits
shahih Riwayat Ahmad dan Hakim).
Bagi setiap Muslim meyakini kesempurnaan
sifat-sifat-Nya adalah hal yang mutlak. Tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun
sayangnya tidak semua insan Muslim mahu untuk merenungi sifat-sifat-Nya secara
mendalam. Hanya tahu ke-Maha-an-Nya tanpa adanya penghayatan dalam hidup
sehari-hari bersama setiap martabat wujud. Penghayatan ini merupakan pijakan
awal untuk menjadi hamba-Nya yang syuhud. Hal itu nampak ketika seorang hamba
berakhlak dengan akhlak-Nya.
Salah satu keluhuran sifat Allah swt adalah
kemurahan-Nya yang melebihi luasnya samudera. Di antara bukti adalah hadis
qudsi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin
Abbas ra bahwa Rasulullah saw meriwayatkannya dari Allah swt;
عن ابن عباس رضي الله عنهما عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم
فيما يرويه عن ربه تبارك وتعالى قال ((إٍِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ
ثُمَّ بَيَّنَ ذٰلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ
عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ
عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ وَإِنْ هَمَّ
بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً)) رواه البخاري ومسلم
Sungguh Allah swt mencatat amal kebaikan dan keburukan. Lalu
menjelaskan perinciannya. Orang yang berencana amal baik namun dibatalkan, maka
Allah swt akan mencatatnya sebagai kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika rencana
amal baik tersebut terlaksanakan maka Allah swt mencatatnya di sisi-Nya sepuluh
kebaikan hingga 700 kali lipat hingga lebih banyak lagi. Apabila seseorang
merencanakan amal buruk namun batal terlaksana maka Allah swt mencatatnya
kebaikan sempurna di sisi-Nya. Sebaliknya, rencana amal buruk tersebut
terlaksana maka Allah swt mencatatnya satu keburukan. HR. Bukhari dan
Muslim.
Betapa luasnya sifat kemurahan-Nya juga betapa
mendalamnya sifat kelembutan-Nya...
Kemurahan Allah swt sangat nampak sekali dalam hadis
qudsi di atas. Patut kita renungi bagaimana Allah swt tidak memperlakukan
balasan yang sama dan seimbang antara amal baik dan buruk saat dilaksanakan.
Bahkan rencana amal baik dan amal buruk pun balasannya sama ketika dibatalkan iaitu
kebaikan yang sempurna. Samudera kemurahan-Nya lebih luas dari kepatuhan kita,
serta lautan kelembutan-Nya lebih dalam dari kedurhakaan kita.
Kredit: Alias Hashim - Bicara Hikam MSO-D11