Khamis, 29 Oktober 2015
Sabtu, 17 Oktober 2015
Puisi TADARRUS KH A Mustofa Bisri
PUISI TADARRUS.
Oleh KH A Mustofa Bisri
BERHENTI MENGALIR
DARAHKU MENYIMAK FIRMAN-MU
Izzazul zilatil ardlu zilzaalahaa
Wa akhrajatil-ardlu atsqaalahaa
Waqaalal-insaanu maa lahaa
Ketika bumi digoncang dengan dahsyatnya
Dan bumi memuntahkan is perutnya
Dan manusia bertanya-tanya:
Bumi ini kenapa?
..Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa
Bianna Rabbaka auhaa Lahaa
Yaumaidzin yashdurun-naasu asytaatan
Liyurau a’maalahum
Ketika itu bumi mengisahkan kisah-kisahnya
Karena Tuhanmu mengilhamkannya
Ketika itu manusia tumpah terpisah-pisah
Untuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan
mereka.
Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan
yarah
Waman ya’malmitsqaala dzarratin syarran yarah
MAKA SIAPA
YANG BERBUAT SEZARRAH KEBAIKAN
PUN AKAN
MELIHATNYA
DAN SIAPA
YANG BERBUAT SEZARRAH KEJAHATAN
PUN AKAN
MELIHATNYA.
Ya Tuhan, akukah insan yang bertanya-tanya
Ataukah aku mukmin yang
Sudah tahu jawabnya?
Kulihat tetes diriku dalam
Muntahan isi bumi
Aduhai, akan ke manakah
Kiranya bergulir?
Di antara tumpukan maksiat
Yang kutimbun saat demi saat
Akankah ku lihat sezarrah saja
Kebaikan yang pernah kubuat?
NAFASKU MEMBURU DIBURU FIRMANMU
Dengan asma Allah Yang Pengasih Penyayang
Wa’aadiyaati dlabhan
Falmuuriyaati qadhan
Falmughirati subhan
Fa-atsarna bihi naq’an
Fawasathna bihi jam’an
Demi yang sama berpacu berdengkusan
Yang sama mencetuskan api berdenyaran
Yang pagi-pagi melancarkan serbuan
Menerbangkan debu berhamburan
Dan menembusnya ke tengah-tengah pasukan
lawan
Innal-insana li Rabbihi Lakanuud
Wainnahu ‘alaa dzaalika lasyahied
Wainnahu lihubbil-khairi lasyadied
Sungguh manusia itu
Kepada Tuhannya
Sangat tidak tahu
Berterima kasih
Sungguh manusia itu
Sendiri tentang itu
Menjadi saksi
Dan sungguh manusia itu
Sayangnya kepada harta
Luar biasa
Afalaa ya’lamu idza bu’tsira maa fil-qubur
Wahushshila maa fis-shuduur
Inna Rabbahum bihim
Yaumaidzin lakabier
Tidakkah manusia itu tahu
Saat isi kubur dihamburkan?
Saat ini dada ditumpahkan?
Sungguh Tuhan mereka
Terhadap mereka saat itu
Tahu belaka!
Ya Tuhan,
Ke mana gerangan butir debu ini’kan
menghambur?
Adakah secercah syukur menempel
Ketika isi dada dimuntahkan
Ketika semua kesayangan dan andalan entah
ke mana?
MEREMANG BULU ROMAKU
DIGUNCANG FIRMANMU
Bismillahirrahmaannirrahim
Al-Quaari’atu
Mal-qaari’ah
Wamaa adraaka mal-qaari’ah
Penggetar
hati
Apakah
penggetar hati itu?
Tahu
kau apa itu penggetar hati?
RESAH SUKMAKU DIRASUK FIRMANMU
Yauma yakuunun-naasu
Kal-faraasyil-mabtsuts
Watakuunul-jibaalu
Kal’ihnil-manfusy
Itulah hari
manusia
Bagaikan belalang
bertebaran
Dan gunung
gunung
Bagaikan bulu
Dihambur-terbangkan
MENGGIGIL RUAS-RUAS TULANGKU DALAM FIRMANMU
Waammaa man tsaqulat mawaazienuhu
Fahuwa fii’iesyatir-raadiyah
Waammaa man khaffat mawaazienuhu
Wamma adraaka maa hiyahnNaarun haamiyah
Barangsiapa berbobot
Timbangan amalnya
Ia akan
berada
dalam
kehidupan memuaskan
dan
barangsiapa enteng
timbangan
amalnya
tempat
tinggalnya di Hawiyah
Tahu kau apa
itu?
Api yang
sangat panas membakar
Ya Tuhan…ke
manakah gerangan
Belalang malang
ini ‘kan terlempar?
Gunung amal
yang dibanggakan
Jadikah selembar
buku saja memberati timbangan
Ataukah gunung-gunung
dosa akan melumatnya
Bagi persembahan
lidah Hawiyah?
Ataukah, o, kalau
saja
Maha
RahmatMu
Akan menerbangkannya
Ke lautan
ampunan.
Selasa, 13 Oktober 2015
SELAMAT TAHUN BARU KAWAN – MUSTOFA BISRI
Kawan, Sudah
tahun baru lagi
Belum juga
tibakah saatnya kita menunduk
Memandang diri
sendiri
Bercermin firman
Tuhan
Sebelum kita
dihisabNya
Kawan,
siapakah kita ini sebenarnya
Musliminkah
Mukminin
Mutaqin
Khalifah Allah
Umat Muhammadkah
kita?
Khaira Ummatinkah
kita?
Atau kita
sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan
lebih rendah lagi
Hanya budak-budak
perut dan kelamin
Iman kita
kepada Allah dan yang ghaib
Rasanya lebih
tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih
dari kain rok perempuan
Betapa pun
tersiksa
Kita khusyuk
di depan massa
Dan tiba-tiba
buas binal
Justru di
saat sendiri bersamaNya
Syahadat kita
rasanya seperti perut bedung
Atau pernyataan
setia pegawai rendahan saja
Kosong tak
berdaya
Shalat kita
rasanya lebih buruk daripada senam ibu-ibu
Lebih cepat
daripada menghirup kopi panas
Dan lebih
ramai daripada lamunan seribu anak muda
(Doa kita
sesudahnya justru lebih serius
Kita memohon
hidup enak di dunia dan bahagia di sorga)
Puasa kita
rasanya sekedar mengubah jadual
Makan-minum
dan saat istirahat
tanpa
menggeser acara buat syahwat
Ketika datang
lapar atau haus
Kita pun
manggut-manggut
O,beginikah
rasanya…
Dan kita
sudah merasa
Memikirkan saudara-saudara
kita yang melarat
Zakat kita
jauh lebih berat terasa
Dibanding tukang
becak melepas penghasilannya
Untuk kupon
undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan
harapan pun tanpa ukuran
Hubaya-hubaya
Tuhan menggantinya berlipat ganda
HAJI KITA
TAK UBAHNYA TAMASYA MENGHIBUR DIRI
MENCARI
PENGALAMAN SPIRITUAL DAN MATERIAL
MEMBUANG
UANG KECIL DAN DOSA BESAR
LALU PULANG
MEMBAWA LEBEL SUCI
ASLI MADE IN
SAUDI: HAJI
KAWAN, lalu
bagaimana bilamana dan berapa lama
Kita bersamaNya?
Atau kita
justru sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi
seisinya
Mensiasahi dunia
sebagai khalifahNya
Kawan, Tak
terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan
kita sebagai khalifah
Mempercepat proses
kematangan kita
Paling tidak
kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa
alam dan lingkungan
Demi ilmu
pengetahuan
Kita berkelahi
demi menegakkan kebenaran
Melacur dan
menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan
demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan
mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya
demi kemerdekaan
Tidak berbuat
apa-apa demi kententeraman
Membiarkan kemunkaran
demi kedamaian
PENDEK KATA
DEMI SEMUA YANG BAIK
HALALLAH
SEMUA SAMPAI PUN YANG PALING TIDAK BAIK
Lalu
bagaimana para cendikiawan dan seniman?
Para mubaligh
dan kiai
Penyambung lidah
nabi?
Jangan ganggu
mereka!
PARA
cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman
sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh
sedang sibuk berteriak ke mana-mana
Para kiai
sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin
sedang mengatur semuanya
BIARKAN
MEREKA DI ATAS SANA
MENIKMATI
DAN MARATAPI
NASIB DAN PERSOALAN MEREKA SENDIRI
Kawan,
Selamat tahun Baru
Belum juga
tibakah saatnya
Kita menunduk
Memandang diri
sendiri
Langgan:
Catatan (Atom)
KALAM ULAMA - HABIB ALI ALHABSYI
Part 1 1. Ibu saya membiasakan saya dari kecil untuk berdoa sebelum tidur , " ya Allah... ampunilah kesalahan orang-orang yang hari ini...
-
Surah Yasin Ayat 1 hingga 9 Keistimewaan surah Yasin Oleh DR. ZULKIFLI MOHAMED ALBAKRI Sebahagian ulama berpendapat bahawa sentia...