Sabtu, 17 Oktober 2015

Puisi TADARRUS KH A Mustofa Bisri

PUISI TADARRUS.
Oleh KH A Mustofa Bisri

BERHENTI MENGALIR DARAHKU MENYIMAK FIRMAN-MU
Izzazul zilatil ardlu zilzaalahaa
Wa akhrajatil-ardlu atsqaalahaa
Waqaalal-insaanu maa lahaa

Ketika bumi digoncang dengan dahsyatnya
Dan bumi memuntahkan is perutnya
Dan manusia bertanya-tanya:
Bumi ini kenapa?

..Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa
Bianna Rabbaka auhaa Lahaa
Yaumaidzin yashdurun-naasu asytaatan
Liyurau a’maalahum

Ketika itu bumi mengisahkan kisah-kisahnya
Karena Tuhanmu mengilhamkannya
Ketika itu manusia tumpah terpisah-pisah
Untuk diperlihatkan perbuatan-perbuatan mereka.

Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah
Waman ya’malmitsqaala dzarratin syarran yarah

MAKA SIAPA YANG BERBUAT SEZARRAH KEBAIKAN
PUN AKAN MELIHATNYA
DAN SIAPA YANG BERBUAT SEZARRAH KEJAHATAN
PUN AKAN MELIHATNYA.

Ya Tuhan, akukah insan yang bertanya-tanya
Ataukah aku mukmin yang
Sudah tahu jawabnya?
Kulihat tetes diriku dalam
Muntahan isi bumi
Aduhai, akan ke manakah
Kiranya bergulir?

Di antara tumpukan maksiat
Yang kutimbun saat demi saat
Akankah ku lihat sezarrah saja
Kebaikan yang pernah kubuat?
NAFASKU MEMBURU DIBURU FIRMANMU

Dengan asma Allah Yang Pengasih Penyayang
Wa’aadiyaati dlabhan
Falmuuriyaati qadhan
Falmughirati subhan
Fa-atsarna bihi naq’an
Fawasathna bihi jam’an

Demi yang sama berpacu berdengkusan
Yang sama mencetuskan api berdenyaran
Yang pagi-pagi melancarkan serbuan
Menerbangkan debu berhamburan
Dan menembusnya ke tengah-tengah pasukan lawan

Innal-insana li Rabbihi Lakanuud
Wainnahu ‘alaa dzaalika lasyahied
Wainnahu lihubbil-khairi lasyadied

Sungguh manusia itu
Kepada Tuhannya
Sangat tidak tahu
Berterima kasih
Sungguh manusia itu
Sendiri tentang itu
Menjadi saksi
Dan sungguh manusia itu
Sayangnya kepada harta
Luar biasa

Afalaa ya’lamu  idza bu’tsira maa fil-qubur
Wahushshila maa fis-shuduur
Inna Rabbahum bihim
Yaumaidzin lakabier

Tidakkah manusia itu tahu
Saat isi kubur dihamburkan?
Saat ini dada ditumpahkan?
Sungguh Tuhan mereka
Terhadap mereka saat itu
Tahu belaka!

Ya Tuhan,
Ke mana gerangan butir debu ini’kan menghambur?
Adakah secercah syukur menempel
Ketika isi dada dimuntahkan
Ketika semua kesayangan dan andalan entah ke mana?

MEREMANG BULU ROMAKU DIGUNCANG FIRMANMU
Bismillahirrahmaannirrahim
Al-Quaari’atu
Mal-qaari’ah
Wamaa adraaka mal-qaari’ah

Penggetar hati
Apakah penggetar hati itu?
Tahu kau apa itu penggetar hati?

RESAH SUKMAKU DIRASUK FIRMANMU

Yauma yakuunun-naasu
Kal-faraasyil-mabtsuts
Watakuunul-jibaalu
Kal’ihnil-manfusy

Itulah hari manusia
Bagaikan belalang bertebaran
Dan gunung gunung
Bagaikan bulu
Dihambur-terbangkan

MENGGIGIL RUAS-RUAS TULANGKU DALAM FIRMANMU

Waammaa man tsaqulat mawaazienuhu
Fahuwa fii’iesyatir-raadiyah
Waammaa man khaffat mawaazienuhu
Wamma adraaka maa hiyahnNaarun haamiyah

Barangsiapa berbobot
Timbangan amalnya
Ia akan berada
dalam kehidupan memuaskan
dan barangsiapa enteng
timbangan amalnya
tempat tinggalnya di Hawiyah
Tahu kau apa itu?
Api yang sangat panas membakar

Ya Tuhan…ke manakah gerangan
Belalang malang ini ‘kan terlempar?
Gunung amal yang dibanggakan
Jadikah selembar buku saja memberati timbangan
Ataukah gunung-gunung dosa akan melumatnya
Bagi persembahan lidah Hawiyah?

Ataukah, o, kalau saja
Maha RahmatMu
Akan menerbangkannya
Ke lautan ampunan.

  

Selamat Tahun Baru Kawan - Puisi KH Mustofa Bisri

Selasa, 13 Oktober 2015

SELAMAT TAHUN BARU KAWAN – MUSTOFA BISRI


Kawan, Sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk
Memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan
Sebelum kita dihisabNya

Kawan, siapakah kita ini sebenarnya
Musliminkah
Mukminin
Mutaqin
Khalifah Allah
Umat Muhammadkah kita?
Khaira Ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapa pun tersiksa
Kita khusyuk di depan massa
Dan tiba-tiba buas binal
Justru di saat sendiri bersamaNya

Syahadat kita rasanya seperti perut bedung
Atau pernyataan setia pegawai rendahan saja
Kosong tak berdaya

Shalat kita rasanya lebih buruk daripada senam ibu-ibu
Lebih cepat daripada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
(Doa kita sesudahnya justru lebih serius
Kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di sorga)

Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadual
Makan-minum dan saat istirahat
tanpa menggeser acara buat syahwat
Ketika datang lapar atau haus
Kita pun manggut-manggut
O,beginikah rasanya…
Dan kita sudah merasa
Memikirkan saudara-saudara kita yang melarat

Zakat kita jauh lebih berat terasa
Dibanding tukang becak melepas penghasilannya
Untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan harapan pun tanpa ukuran
Hubaya-hubaya Tuhan menggantinya berlipat ganda

HAJI KITA TAK UBAHNYA TAMASYA MENGHIBUR DIRI
MENCARI PENGALAMAN SPIRITUAL DAN MATERIAL
MEMBUANG UANG KECIL DAN DOSA BESAR
LALU PULANG MEMBAWA LEBEL SUCI
ASLI MADE IN SAUDI: HAJI

KAWAN, lalu bagaimana bilamana dan berapa lama
Kita bersamaNya?
Atau kita justru sibuk menjalankan tugas
Mengatur bumi seisinya
Mensiasahi dunia sebagai khalifahNya

Kawan, Tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah
Mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan
Demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi kententeraman
Membiarkan kemunkaran demi kedamaian

PENDEK KATA DEMI SEMUA YANG BAIK
HALALLAH SEMUA SAMPAI PUN YANG PALING TIDAK BAIK

Lalu bagaimana para cendikiawan dan seniman?
Para mubaligh dan kiai
Penyambung lidah nabi?
Jangan ganggu mereka!

PARA cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak ke mana-mana
Para kiai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya
BIARKAN MEREKA DI ATAS SANA
MENIKMATI DAN MARATAPI
NASIB DAN PERSOALAN MEREKA SENDIRI

Kawan, Selamat tahun Baru
Belum juga tibakah saatnya
Kita menunduk

Memandang diri sendiri

KALAM ULAMA - HABIB ALI ALHABSYI

Part 1 1. Ibu saya membiasakan saya dari kecil untuk berdoa sebelum tidur , " ya Allah... ampunilah kesalahan orang-orang yang hari ini...