Sabtu, 15 November 2025

HIDAYAH PETUNJUK

إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ "Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi (supaya ia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan Dia lah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada persediaan untuk) mendapat hidayah petunjuk (kepada memeluk Islam)" [Surah al-Qaṣaṣ 56] #Allah swt memberitahu Nabi Muhammad saw bahawa baginda tidak dapat memberi hidayah kepada manusia walaupun kepada orang-orang yang baginda sayang. Ini kerana yang boleh memberi hidayah adalah Allah swt sahaja. Kuasa beri hidayah kepada manusia bukan pada Nabi atau pada sesiapa sahaja, hanya ada pada Allah swt. Maka jika ada orang yang kita sayang dan kita ingin selamatkan dia pun, kita tidak boleh masukkan terus hidayah kepada mereka. Kita hanya boleh sampaikan apa sahaja berkaitan Islam dan iman, namun hidayah milik Allah swt. #Dalam ayat yang Allah swt berfirman: لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ "Bukanlah kewajipanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendakiNya" [Surah al-Baqarah 272] #Dalam sirah Rasulullah saw yang mulia, ada satu kisah yang menggembirakan dan rasa takjub membacanya. Kisahnya tentang seorang pemuda atau budak Yahudi yang berkhidmat dan menolong Nabi saw di rumah baginda; ada ketika pemuda itu menyediakan wudhuk untuk baginda, dan ada ketikanya dia menyediakan selipar untuk dipakai baginda. Begitulah rutin pemuda Yahudi itu dalam berkhidmat kepada baginda hinggalah tiba suatu hari, pemuda itu tidak lagi datang ke rumah baginda. Apabila ditanya, rupanya pemuda itu jatuh sakit. Baginda pun pergi ke rumah pemuda Yahudi itu untuk menziarahinya. Apabila sampai di rumah pemuda itu, baginda masuk dan duduk di dekat kepalanya. Bapa kepada pemuda itu juga ada di situ. Sakit yang menimpa pemuda Yahudi itu sudah tidak boleh disembuhkan. Hanya sedikit masa yang tinggal sebelum kematian menjemputnya. Di saat-saat akhir tersebut, Nabi saw berdakwah kepadanya: “Ya ghulam, masuklah Islam. Ucapkanlah La Ilaha illallah,” kata Baginda saw. Budak Yahudi itu tidak menjawab, sebaliknya dia melihat kepada ayahnya, seolah-olah meminta pendapatnya. Maka ayah budak itu pun memberikan persetujuan: “Taatlah kepada Abu al-Qasim". Budak Yahudi itu pun mengucap kalimah syahadah dan memeluk Islam. Tidak lama selepas itu dia meninggal dunia. Nabi saw pun keluar dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan dia daripada api neraka.” Baginda pun berkata kepada para sahabat: “Solatlah (jenazah) saudara kalian.” #Kisah ini diriwayatkan dengan sanad sahih dalam Sahih al-Bukhari, Musnad Imam Ahmad, Sunan Abu Dawud dan al-Mustadrak. #Tugas Nabi saw adalah untuk menjelaskan kebenaran agama Allah swt melalui teladan, akhlak dan dakwah. Baginda saw mahu menyelamatkan manusia daripada azab neraka. Dengan misi itulah baginda saw berjuang hingga akhir hayatnya. ♡Berdakwah dan ajaklah semua manusia kepada agama Allah swt disamping mendoakan hidayah untuk kita dan mereka♡ ☆Tadabbur Kalamullah 16 Jamadil Awwal 1447H☆ 🐊Ust Naim -*Telegram Channel*-http://bit.ly/tadabburkalamullah

Jumaat, 14 November 2025

‏قَالَ الإمام ابْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللهُ : وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَيَّرْتَ بِهَا أخَاكَ فَهِيَ إلَيْكَ. مدَارِجُ السَّالِكينَ (١/١٧٧). Ibnu Qoyyim pernah mengatakan: "Setiap dosa yang engkau cela atau hina saudaramu karenanya, maka kelak dosa itu akan kembali kepadamu." Beliau mengingatkan bahwa merendahkan orang lain karena dosanya adalah bentuk kesombongan spiritual (ujub dan ghurur). Allah ﷻ sangat murka terhadap hamba yang merasa dirinya lebih suci dari orang lain. Sebab, dosa yang kita lihat pada orang lain bisa jadi hanya ujian sementara, sedangkan kesombongan yang tersembunyi di dalam hati kita mungkin jauh lebih berat di sisi Allah. Oleh karena itu, ketika seseorang mencela saudaranya yang terjatuh dalam maksiat dengan nada menghina, bukan karena ingin menasihati, maka Allah akan membiarkannya jatuh dalam dosa yang sama agar ia sadar bahwa tiada manusia yang selamat tanpa pertolongan Allah. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ: من عيّر أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله “Barangsiapa mencela saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati sebelum ia sendiri melakukannya.” (HR. At-Tirmidzi no. 2505) Inilah keadilan dan tarbiyah Allah: agar manusia belajar tawadhu‘, berhati-hati dalam menilai, dan sibuk memperbaiki diri, bukan mempermalukan sesama.
. . . ‏قال سُفيان الثوري رحمه الله : "وكان الناس إذا التقوا انتفع بعضهم ببعض، فأما اليوم فقد ذهب ذلك، والنجاة في تركهم فيما نرى". الجرح والتعديل ( 87/1 ). Berkata Imam Sufyan: "Dahulu, ketika manusia saling bertemu, mereka saling memberi manfaat satu sama lain. Namun hari ini (zaman beliau), hal itu telah hilang. Maka keselamatan menurut pandangan kami, adalah dengan menjauh dari mereka." (Al-Jarh Wa Ta'dil 1/87) Perkataan agung ini menggambarkan kesedihan seorang ulama besar terhadap perubahan zaman dan hati manusia. Dulu, pertemuan antara orang-orang beriman menjadi sarana tazkiyah (penyucian jiwa), mereka saling menasihati, saling menambah iman, saling menguatkan dalam kebaikan dan ilmu. Namun seiring berjalannya waktu, beliau merasakan bahwa pertemuan manusia justru banyak membawa mudarat: penuh dengan ghibah, riya’, kesombongan ilmu, atau perdebatan tanpa manfaat. Maka beliau menegaskan, “النجاة في تركهم, keselamatan adalah dengan menjauhi mereka,” bukan berarti membenci manusia, tetapi memilih pergaulan dengan hati-hati, agar waktu dan iman tidak habis oleh pertemanan yang tidak membawa kepada Allah. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ: الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ “Seseorang itu akan mengikuti agama temannya. Maka hendaklah kalian melihat dengan siapa kalian berteman.” (HR. Abu Dawud) Perkataan ini menegaskan bahwa berteman dengan orang shalih adalah ladang manfaat, sementara bergaul dengan orang yang lalai dapat mencuri ketenangan batin kita sedikit demi sedikit. #bestfriend #friends
. . . ‏قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : "إِنَّ لِهَذِهِ الْقُلُوبِ إِقْبَالًا وَإِدْبَارًا؛ فَإِذَا أَقْبَلَتْ فَخُذُوهَا بِالنَّوَافِلِ، وَإِنْ أَدْبَرَتْ فَأَلْزِمُوهَا الْفَرَائِضَ . " مدارج السالكين (3/ 122) Sayyiduna Umar Bin Khottob berkata: "Sesungguhnya hati manusia itu memiliki masa-masa datang dan pergi (semangat dan lemah). Maka ketika hatimu sedang datang (bersemangat dan terbuka), manfaatkanlah dengan memperbanyak amalan-amalan sunnah. Namun ketika hatimu sedang pergi (lemah dan lesu), maka cukupkanlah dengan menjaga amalan-amalan wajib." Ucapan ini menunjukkan kearifan Sayyidina Umar ra. dalam memahami dinamika jiwa manusia.bHati manusia tidak selalu berada dalam satu keadaan; kadang ia bercahaya dan tenang, kadang redup dan berat. Dalam kondisi semangat, seseorang sebaiknya memperluas amalnya, shalat malam, tilawah, zikir, sedekah agar semangat itu menjadi energi ruhani. Namun ketika hati terasa berat, jangan memaksa diri secara berlebihan hingga menimbulkan kejenuhan, tetapi jagalah amalan-amalan wajib agar tidak terputus. Ini adalah pelajaran keseimbangan spiritual: bahwa istiqamah tidak selalu berarti banyaknya amal, melainkan kemampuan menjaga koneksi dengan Allah dalam segala keadaan. Rasulullah ﷺ juga bersabda: سَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يُنْجِيَ أَحَدًا عَمَلُهُ “Berbuatlah dengan benar dan mendekatlah (kepada kebenaran), dan ketahuilah bahwa amal seseorang tidak akan menyelamatkannya.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim) #myheart❤️ #BersihkanHati
. . . قال أبو حاتم: «الواجب علىٰ العاقل إذا فرغ من إصلاح سريرته أنْ يُثَنِّيَ بطلب العلم والمداومة عليه؛ إذْ لا وصول للمرء إلىٰ صفاء شيءٍ من أسباب الدنيا إلَّا بصفاء العلم فيه، وحكم العاقل أنْ لا يقصر في سلوك حالةٍ توجب له بسط الملائكة أجنحتها رضا بصنيعه ذلك». روضة العقلاء ونزهة الفضلاء، للبستي (ص:33). "Sudah sepantasnya bagi orang yang berakal, setelah ia selesai memperbaiki batinnya (hatinya), untuk segera melanjutkan dengan menuntut ilmu dan terus-menerus menekuninya. Sebab, tidak ada jalan bagi seseorang untuk mencapai kejernihan dalam urusan apa pun di dunia ini kecuali dengan kejernihan ilmu tentang hal itu. Dan tanda orang yang benar-benar berakal ialah tidak pernah berhenti menempuh jalan yang membuat para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka sebagai tanda ridha atas amal perbuatannya." (Roudotul Uqola') Ungkapan ini mengajarkan bahwa pembersihan hati dan pencarian ilmu adalah dua sayap yang harus selalu bergerak bersamaan. Jiwa yang jernih tanpa ilmu akan mudah tersesat, dan ilmu tanpa kejernihan hati akan menjadi beban, bukan cahaya. Maka, manusia yang cerdas bukan sekadar yang banyak tahu, tetapi yang terus menempuh jalan ilmu dengan hati yang bersih hingga membuat para malaikat pun ridha kepadanya. #QuotesIslam #ahad

Selasa, 21 Oktober 2025

ADAB DAN AKHLAK NABI SAW TERHADAP PAKAIAN & PERHIASAN

 

 
Foto Hiasan

 ANTARA YANG DISENTUH DALAM LIVE STREAMING SEMALAM 

 ( Selasa 22/7/25)

  Qatadah meriwayatkan : “Aku bertanya kepada Anas bin Malik :         “Bagaimanakah bentuk sandal Rasulullah saw?” Anas bin Malik menjawab :   “Sepasang sandalnya menggunakan dua buah qibal (dua tempat untuk disepit   dengan anak-anak jari).” (Bukhari, Turmizi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad)

 Aisyah r.ha meriwayatkan : “Sedapat mungkin Rasulullah SAW mendahulukan anggota badan yang kanan ketika menyikat rambut, memakai sandal dan ketika bersuci.” (Bukhari, Muslim, Turmizi, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ahmad)

Ibnu Umar meriwayatkan : “Rasulullah SAW membuat cincin daripada perak. Ketika baginda memakainya, baginda selalu menghadapkan mata cincin itu ke telapak tangannya. Cincin itu bertuliskan “Muhammad Rasulullah”. Baginda tidak membenarkan seorang pun menambah tulisan pada cincin itu. Cincin itulah yang jatuh ke sumur Aris.” (Bukhari, Muslim, Turmizi, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah)

Said bin Yazid r.a meriwayatkan : “Pada Perang Uhud, Rasulullah SAW memakai dua rangkap baju besi.” (Turmizi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad)

Jabir r.a meriwayatkan : “Pada peristiwa Fathul Makkah, Rasulullah SAW masuk ke kota Makkah dengan mengenakan serban hitam di kepala baginda.” (Muslim, Turmizi, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Ahmad)

Amr bin Harits r.a menceritakan : “Aku melihat Rasulullah saw memakai serban hitam di kepalanya.” (Turmizi, Ibnu Majah)

Amr bin Harits r.a berkata : “Sungguh, Rasulullah SAW pernah berkhutbah di hadapan orang ramai dengan memakai serban hitam di kepalanya.” (Muslim, Turmizi, Abu Dawud, An-Nasa’I, Ibnu Majah, Ahmad)

Ibnu Abbas r.a mengatakan : “Sungguh, Rasulullah SAW pernah berkhutbah di hadapan orang ramai dengan memakai serban hitam di kepalanya.” (Turmizi, Ahmad)

Huzaifah al-Yaman meriwayatkan : “Sabda Rasulullah SAW : “Inilah batas engkau memakai kain sarungmu. Jika engkau enggan, janganlah sampai sarung itu menutup kedua-dua mata kakimu.” (Turmizi, Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad)

HAK IBU BAPA DAN ANAK-ANAK


ANTARA YANG DISENTUH DALAM LIVE STREAMING siri ke-6 (Rabu 23/7/25) :

Nabi Muhammad SAW bersabda : “Buatlah kebajikan kepada ibumu, bapamu, saudara perempuanmu dan saudara lelakimu. Kemudian kepada yang lebih dekat kepadamu, lalu kemudian kepada yang lebih dekat kepadamu.” (An-Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim)

Malik bin Rabi’ah berkata : Ketika kami berada di samping Rasulullah SAW. tiba-tiba datang seorang lelaki dari kabilah Bani Salmah. Lelaki itu bertanya : “Ya Rasulullah! Adakah tinggal menjadi tanggunganku sesuatu daripada berbuat baik kepada ibu bapaku yang akan aku lakukan untuk kedua-duanya setelah mereka meninggal dunia?”

Nabi SAW menjawab : “Ada, iaitu berdoa (mendoakan mereka), beristighfar (memohonkan) untuk kedua-duanya, melunaskan janji kedua-duanya, memuliakan sahabat kedua-duanya, dan menyambung silaturrahim yang tiada disambungkan kecuali dengan kedua-duanya.” (Abu Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain)

Nabi SAW bersabda : “Setiap orang anak itu sama ada lelaki atau perempuan adalah tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelihkan pada hari ketujuh (daripada lahirnya) dan dicukurkan rambutnya.” (Turmizi dan lain-lain, katanya sahih)

Seorang lelaki datang kepada Abdullah bin Al-Mubarak lalu dia mengadukan kepadanya tentang keadaan sebahagian anak-anaknya. Abdullah bin Mubarak bertanya : “Adakah engkau mendoakan yang buruk terhadap anak itu?” “Ada,”  jawab orang itu.

Maka Abdullah bin Mubarak menyambung : “Engkau telah merosakkan anak itu.”

Al-Aqra’ bin Habis melihat Nabi saw memeluk anaknya Hasan (kebiasaan orang Arab menyebut keturunannya sebagai anaknya, kerana Hasan ialah cucu baginda). Lalu Al-Aqra’ berkata : “Sesungguhnya aku mempunyai 10 orang anak. Tidak seorang daripada mereka yang aku peluk.”

Maka Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya sesiapa yang tidak menyayangi akan orang, nescaya dia tidak akan disayangi orang.” (Bukhari)

Abdullah bin Syaddad berkata : “Sewaktu Rasulullah SAW sedang solat berjemaah (sebagai imam) dengan orang ramai, tiba-tiba datanglah kepadanya Husin (cucunya). Lalu ia (Husin) mengenderai (naik) ke atas leher Rasulullah saw yang sedang bersujud. Nabi SAW melamakan sujud bersama-sama orang ramai itu sehingga mereka menyangka sesuatu telah terjadi.”

“Tatkala Nabi saw sudah menyelesaikan solatnya, orang ramai pun berkata : “Wahai Rasulullah! Engkau telah melamakan sujud hinggakan kami menyangka sesuatu telah terjadi.”

Nabi SAW menjawab : “Anakku (cucuku Husin) telah mengenderai aku. Maka aku tidak suka menyegerakannya sehinggalah dia berpuas hati menunaikan hajatnya.” (An-Nasa’i, Al-Hakim)

Abu Sa’id al-Khudri berkata : “Seorang lelaki berhijrah dari Yaman lalu pergi menemui Rasulullah saw dan ingin berjihad. Lalu Rasulullah saw bertanya : “Adakah ibu bapamu di Yaman?”

“Ada” jawab orang itu.

Maka Nabi saw bertanya pula : “Sudahkah kedua-duanya memberi izin kepada kamu?”

Orang itu menjawab : “Tidak.”

Lalu Nabi saw bersabda : “Kembalilah kepada ibu bapamu. Mintalah izin kedua-duanya. Jika kedua-duanya bersetuju, maka berjihadlah. Tetapi jika tidak, maka buatlah kebajikan kepada kedua-duanya mengikut kesanggupanmu. Sesungguhnya itulah yang sebaik-baiknya untuk kamu bertemu dengan Allah, sesudah tauhid.” (Ahmad, Ibnu Hibban)

Ada seorang lelaki datang kepada Nabi saw memohon pertimbangan untuk pergi ke medan perang. Lalu Rasulullah saw bertanya : “Adakah engkau mempunyai ibu?”

“Ada,” jawab orang itu.

Maka Nabi saw menyambung : “Hendaklah engkau bersama-sama ibumu itu, kerana jannah adalah pada kedua-dua belah kakinya.” (An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Hakim).

Live streaming channel tele Ilmu2 Imam Al-Ghazali

BERi AKU NASiHAT

 


Dari Maimun bin Mihran diriwayatkan bahwa:

Seorang lelaki datang kepada Salman al-Farisi رضي الله عنه dan berkata:“Wahai Abu ‘Abdillah, berilah aku nasihat." Maka Salman berkata:

 «لا تكلّم»

“Jangan banyak bicara.”Lelaki itu menjawab:“Bagaimana mungkin seseorang yang hidup di tengah manusia tidak berbicara?”Salman pun menimpali:

 «فإن تكلّمت فتكلم بحقٍّ أو اسكت»

“Kalau engkau harus berbicara, maka berkatalah dengan kebenaran, atau diamlah.”

Lelaki itu berkata:“Tambahkan lagi nasihat untukku.”Salman menjawab:

 «لا تغضب»

“Jangan marah.”Lelaki itu berkata: “Engkau melarangku untuk tidak marah, padahal kadang aku dikuasai oleh kemarahan yang tak dapat aku kendalikan.”Salman berkata:

«فإن غضبت فاملك لسانك ويدك»

“Kalau engkau marah, maka kendalikanlah lidah dan tanganmu.”

Lelaki itu berkata lagi:“Tambahkanlah lagi nasihat kepadaku.”Salman menjawab:

 «لا تلابس الناس»

“Jangan terlalu banyak bergaul dengan manusia.” Lelaki itu berkata: “Bagaimana mungkin seseorang yang hidup di tengah manusia tidak bergaul dengan mereka?”Salman pun menjawab:

 «فإن لابستهم فاصدق الحديث وأدِّ الأمانة»

“Jika engkau harus bergaul dengan mereka, maka jujurlah dalam ucapan dan tunaikanlah amanah.”

📖 Diriwayatkan oleh Ibn Abi ad-Dunya dalam kitabnya “ash-Shamt” (hlm. 276).

Antara Tanda Kebahagiaan -Ustaz Naim

 


☆Tadabbur Kalamullah 19 Syaaban 1446H☆

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَـٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk" [Surah al-An’am 82] 

#Jalan bagi orang yang ingin bahagia ialah hendaklah dia selalu melakukan kebaikan dan menjauhi segala keburukan agar dirinya sentiasa diliputi oleh rasa aman. 

#Diceritakan kisah seorang perempuan yang dikurniakan pelbagai kelebihan dan kenikmatan, tetapi akhirnya ia merasakan taqwa dan mengabdikan diri kepada Allah adalah puncak kebahagiaan. Katanya:


وَلَستُ أَرى السَعادَةَ جَمعَ مالٍ, وَلَكِنَّ التَقيَّ هُوَ السَعيدُ

"Dan aku tidak melihat kebahagiaan hakiki dengan himpunan harta. Tetapi orang yang bertaqwa itulah sebenarnya orang bahagia" (Syair ini dinisbahkan kepada al-Hati'ah iaitu Jarwal bin Aus bin Malik al-'Absi Abu Mulaikah, penyair Mukhadram yang hidup pada zaman Jahiliyyah dan Islam) 

#Imam as-Syatibi menukilkan kata-kata seorang ulamak sufi iaitu Abu ‘Ali al-Jauzjani yang menyebutkan 7 petanda bahagia:

‎مِنْ عَلَامَاتِ السَّعَادَةِ عَلَى الْعَبْدِ: تَيْسِيرُ الطَّاعَةِ عَلَيْهِ، وَمُوَافَقَةُ السُّنَّةِ فِي أَفْعَالِهِ، وَصُحْبَتُهُ لِأَهْلِ الصَّلَاحِ، وَحُسْنُ أَخْلَاقِهِ مَعَ الْإِخْوَانِ، وَبَذْلُ مَعْرُوفِهِ لِلْخَلْقِ وَاهْتِمَامُهُ لِلْمُسْلِمِينَ، وَمُرَاعَاتُهُ لِأَوْقَاتِهِ

"Antara petanda kebahagiaan seorang insan ialah:

1. Dipermudahkan buat dirinya melaksanakan ketaatan

2. Dia menepati sunnah pada amalan dan perbuatan

3. Dia berteman dengan ahli-ahli kebaikan

4. Baik akhlaknya bersama teman-teman

5. Kepada seluruh makhluk, dia melakukan kebajikan

6. Kepada sesama muslim, dia memberikan pertolongan, tumpuan, dan perhatian

7. Seluruh waktunya dijaga, dipelihara, dan diraikan" (Lihat: Al-I’tisam) 

#Jika ada petanda-petanda ini pada diri kita, maka itulah hakikat bahagia. Jika tiada, dan yang ada pula ialah ciri yang berlawanan dengan kesemuanya, maka itulah derita dan alangkah dukacita. 

♡Kebahagiaan itu adalah keriangan hati kerana kebenaran yang dijalaninya, kelapangan dada kerana prinsip yang diyakininya dan ketenangan hati kerana kebaikan yang dimilikinya. Selamat memburu kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan moga beroleh syurga di akhirat kelak, yang pasti akan bahagia selama-lamanya!!♡


🐊Ust Naim-*Telegram Channel*-http://bit.ly/tadabburkalamullah



PERTANYAAN SELEBRITI KEPADA HABIB UMAR AL-HAFIZH

 *kurang lebihnya:*...

Rigen Rakelna: Sebagai komedian, bagaimana supaya bisa bermanfaat?

Ruben Onsu : Saya muallaf, bagaimana agar hati saya tenang?

Hb. Umar bin Hafizh: Perbanyak sholawat, belajarlah agama kepada guru yang bersanad kepada Rasulullah dan carilah teman yang baik```

King Faaz A. Rafiq: Mengapa kalau Allâh sayang kepada hambaNya, malah diuji. Bukankah kalau orang sayang sama seseorang itu malah diberi hadiah?

Ayu Ting Ting: Bagaimana agar saya mampu mengasuh anak saya sendirian?

Hb. Umar bin Hafizh: insya Allâh engkau seperti ibunda Nabi yang mengasuh sendirian, bersabarlah karena mendidik anak adalah amal jariyah yang pahalanya tidak terputus. Mengurusi rumah tangga adalah seperti tugas Sayyidah Fatimah```

Syamsir Alam: Bagaimana bisa terhindar dari sikap ujub ketika dipuji dan bagaimana cara dakwah di kalangan atlet?

Muhammad Atta Halilintar: apa doa yang anda baca wahai Habib, agar bisa dicintai Allâh dan Rasulullâh?

Hb. Umar bin Hafizh: Baca Qur'an tiap hari, dzikir pagi sore dan perbanyak sholawat maka engkau akan dicintai Allâh dan Rasulullâh.```

Wallâhu a'lam 🙏🏻

📝 _Kutipan tanya jawab "Heart to Heart with Hb. Umar bin Hafizh" di Jakarta_

KiSAH :KEMULiAAN jiRAN


Diriwayatkan bahwa Abu al-Jahm al-Adawi pernah menjual rumahnya dengan harga seratus ribu dirham. Setelah transaksi itu, ia berkata kepada para pembelinya: "Lalu, dengan berapa kalian akan membeli ketetanggaan dengan Said bin al-‘Ash?"

Mereka pun keheranan dan berkata: "Apakah mungkin seseorang membeli tetangga?" Maka Abu al-Jahm menjawab dengan penuh ketulusan: "Kalau begitu, kembalikan rumah itu kepadaku dan ambillah kembali wang kalian. Aku tidak akan meninggalkan ketetanggaan dengan seorang lelaki yang jika aku duduk, ia menanyakan keadaanku; jika ia melihatku, ia menyambutku dengan ramah; jika aku tidak hadir, ia menjaga (kehormatanku); jika aku hadir, ia mendekatiku; jika aku meminta sesuatu, ia menunaikannya; jika aku tidak meminta, ia memulai kebaikan lebih dulu;

dan jika aku tertimpa musibah, ia menolong dan meringankan bebanku.”

Ketika berita itu sampai kepada Said bin al-Ash, ia pun merasa haru dan kagum atas ketulusan Abu al-Jahm, lalu mengirimkan kepadanya seratus ribu dirham sebagai balasan dan penghargaan atas cintanya yang tulus karena Allah.

📘 Rujukan:

الزمخشري، ربيع الأبرار (1/393)

Selasa, 8 Julai 2025

KEPADA MEREKA YANG BERTANYA, "KENAPA ALLAH TIDAK LANGSUNG MENOLONG GHAZZAH?!"

KREDIT:𝐒𝐮𝐥𝐭𝐚𝐧𝐚'ˢᶻ'



"Tidakkah engkau minta agar Allah memenangkan kita?"

Pertanyaan itu hadir ke hadapan Nabi Muhammad . Ia muncul dari lisan Khabab bin Al Arts, sahabat bersahaja yang hari-harinya sejak masuk Islam menjadi amat sangat berat. Penyiksaan yang beliau alami bertubi-tubi; disetrika punggungnya, dilecut dengan cemeti, dibuat kelaparan dan tubuhnya terluka di sekujur tubuh. "Tidakkah engkau berdoa pada Allah untuk kemenangan wahai Rasul?" Imam Bukhari meriwayatkan tanya itu dalam shahihnya.

Kali ini kita tidak akan membahas jawaban Rasulullah atas pertanyaan itu, sebab sudah banyak teman-teman yang tahu. Yang kita bahas justru adalah Khabab. Ia, adalah sahabat Nabi, hidup bersama Nabi, berjuang di samping Nabi. Namun keadaan yang serba berat dan tak baik-baik saja membuat beliau seakan "meminta peneguhan" tentang kapankah kemenangan bagi Umat Islam disegerakan? Beberapa orang di zaman ini mungkin akan mempertanyakan: kenapa Khabab yang merupakan sahabat nabi saja bisa bertanya seperti itu?

"Sebab memang begitulah manusia pada asalnya", Dr Raghib Sirjani mentaddaburi pertanyaan Khabab. Pada dasarnya manusia itu lebih suka dengan ketergesaan dan penyegeraan. Segera dapat. Segera jaya. Segera menang. Dan itulah mengapa Allah dengan terang benderang mengatakan pada kita, "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa." Bahkan ayat itu Allah tutup dengan kalimat yang sangat kuat, "Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya." (QS Al Anbiya 37)

Dan saya yakin pertanyaan dengan nada sama pernah muncul di benak kita berkenaan tentang rasa sakit yang rakyat Ghazzah rasakan. Kita berucap, "mengapa Allah tidak segera menolong Ghazzah dan menghancurkan penjajah?". Tapi saya yakin, saat kita bertanya tentang hal itu, kita juga punya keyakinan yang penuh bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Dengan sendirinya, pada akhirnya, kita tahu bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu. Allah bukan sedang tidak menolong Ghazzah. Justru Allah sedang membuat takdir yang indah di akhirnya yang kita belum tahu.

Itulah yang dikatakan Grand Syaikh Al Azhar Syaikh Ahmad Thayyib, "manusia memiliki perhitungan-perhitungan mereka sendiri yang berbeda dengan perhitungan Allah Ta'ala. Dan selalu saja, tentu ada kekurangan dalam pandangan manusia. Dan ada kecenderungan untuk tergesa-gesa dalam menilai segala sesuatu, terutama ketika mereka berada dalam kondisi yang sulit." (Barnamij Imam Ath Thayyib)

Ada banyak sekali hikmah yang terjadi sejak Thufan Al Aqsha. Dunia berubah dalam melihat Islam. Dunia berubah dalam mendefinisikan makna hidup setelah mereka melihat keteguhan orang-orang Ghazzah. Bisa saja Allah langsung memenangkan mereka di hari pertama pertempuran. Pasti. Allah Mahakuasa. Tapi "Allah ingin mendidik umat ini dengan kejadian ini", kata Dr Raghib Sirjani, "Dia ingin mengangkat derajat orang-orang Ghazzah dan membuat Umat Islam kembali pada-Nya."

Dan, ya, mendengar jawaban itu saya mengangguk khusyu. Ghazzah sedang menjadi "pembeda" yang menyeleksi mana yang peduli pada Islam dan mana yang bermain-main. Seorang jurnlis Ghazzah, Muhammad Haniya menulis, "Thufan Al Aqsha itu seumpama tes DNA, yang mampu menjelaskan siapa anak kandung Umat Islam dan mana yang hanya pura-pura menjadi anaknya." Dr Raghib pun menyampaikan yang hampir senada, "orang yang paham Islam, maka akan membela qadhiyah Palestina."

"Namun, apakah Allah membiarkan kezaliman berlangsung lama?", beberapa orang bertanya. Kau tahu? Ada hadits luar biasa yang Rasul kabarkan lugas, "Sesungguhnya Allah Azzawajalla membiarkan sementara waktu kepada orang zalim, tetapi apabila Allah mencabutnya, maka Dia tidak akan melepaskannya" (Shahih Muslim 2583). Mungkin kita sedang menzamani masa-masa itu, namun semoga kita kelak bisa menyaksikan langsung saat musuh dicabut sampai ke akarnya, dan Allah tidak melepaskannya. 

Selasa, 15 April 2025

Hadis Hari Ini

Dari Abu Ruhm as-Su’mi -radhiyallahu ‘anhu- ia berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

“Sesungguhnya di antara syafaat terbaik adalah mendamaikan dua orang dalam pernikahan sampai keduanya bersatu.” (HR. Thabrani)

Penjelasan

Islam tidak menyukai berlebih-lebihan dalam menetapkan mahar (mas kawin), karena Sayyidah ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

“Wanita yang paling banyak membawa berkah adalah yang paling ringan bebannya (mahar dan biaya nikahnya).”

Artinya, semakin mahal maharnya, justru bisa menjadi pertanda kurangnya keberkahan, karena bisa membuat pernikahan terasa berat dan kurang kasih sayang. Bahkan ‘Urwah bin Zubair berkata: “Tanda awal kesialan wanita adalah mahalnya mahar.”

Nasihat

Salah satu penyebab banyaknya pemuda dan pemudi tidak menikah adalah karena adanya tradisi dan kebiasaan yang membebani, seperti mahalnya biaya dan tuntutan pesta. Padahal banyak dari kebiasaan ini bukan berasal dari ajaran agama, melainkan dari kebanggaan dan gaya hidup semata. Tradisi semacam ini telah mengakar dan menguasai banyak masyarakat, hingga menjadi penghalang untuk membentuk keluarga yang menjaga kehormatan dan menjauh dari perbuatan maksiat.

Teladan

Perabot rumah tangga Sayyidah Fathimah az-Zahra -‘alaihas salam- saat malam pernikahannya sangatlah sederhana: hanya tikar, tempat air dari kulit, dan bantal yang diisi serat pohon kurma. Bahkan kain yang dipakai oleh Fathimah dan Sayyidina ‘Ali -radhiyallahu ‘anhu- sangat kecil, jika ditarik ke atas akan terbuka bagian bawahnya, dan jika ditarik ke bawah, akan terbuka bagian atasnya. Semua ini menunjukkan sikap zuhud mereka terhadap dunia, dan menjadi pelajaran bahwa kenikmatan sejati telah Allah siapkan di surga kelak.

Telegram:Catatan Al-Hikam

Selasa, 8 April 2025

hal yang menghalangi seseorang dari akhlak mulia

Setiap hal yang menghalangi seseorang dari akhlak mulia; seperti sifat sabar, pemaaf, murah hati, lapang dada, dan berbagai bentuk kesempurnaan lainnya; adalah bagian dari langkah-langkah setan yang wajib dijauhi.

Sesungguhnya, setan tidak pernah memerintahkan kecuali kepada kekejian dan kemungkaran, seperti amarah, pembalasan diri, fanatisme buta, dendam, kikir, dan sifat-sifat tercela lainnya.

Tidak ada jalan untuk mengobati penyakit-penyakit hati tersebut kecuali dengan kembali kepada Allah, merasa sangat membutuhkan-Nya, dan bergantung pada limpahan karunia serta kasih sayang-Nya.

Sebagaimana firman Allah:

“Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya atas kalian, niscaya tidak akan ada seorang pun dari kalian yang dapat bersih (dari dosa) selama-lamanya.”(QS. An-Nur: 21)

Maka barang siapa yang benar-benar bergantung kepada Allah, seperti orang kehausan yang sangat membutuhkan air, niscaya Allah akan menyucikan dan memurnikannya. Entah itu tanpa perantara, atau dengan mempertemukannya dengan seorang guru sejati yang membimbing dan menyucikan dirinya atas izin Allah. Al-Bahr al-Madid karya Syekh Ahmad ibn ‘Ajibah (4/227)

 HADIS HARI INI

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda:

“Tidak sah pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil. Pernikahan yang dilakukan tanpa itu, maka batal.”

(HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya)

Penjelasan Fikih: 

Syarat Sahnya Pernikahan

Untuk sahnya akad nikah, harus terpenuhi dua syarat utama:

1. Adanya wali dari pihak wanita,

2. Adanya dua orang saksi yang adil.

Tanpa keduanya, maka akad nikah tidak sah.


Urutan Wali Nikah yang Paling Berhak:

1. Ayah,

2. Kakek (dari jalur ayah),

3. Saudara laki-laki sekandung,

4. Saudara laki-laki seayah,

5. Anak laki-laki dari saudara kandung,

6. Anak laki-laki dari saudara seayah,

7. Paman kandung (saudara ayah sekandung),

8. Paman seayah,

9. Anak dari paman kandung,

Dan seterusnya sesuai urutan kekerabatan.


Jika wali memiliki halangan syar’i seperti:

1. Kafir,

2. Fasik (pelaku dosa besar yang tidak bertaubat),

3. Masih di bawah umur,

4. Gangguan jiwa/gila,

maka hak kewaliannya berpindah kepada wali berikutnya dalam urutan tersebut.


Jika seorang wanita ditinggal wafat ayahnya dan memiliki beberapa saudara laki-laki, maka:

- Ia bisa menunjuk (mewakilkan) salah satu dari mereka untuk menikahkannya,

- Atau mereka semua bisa bersepakat menunjuk salah satu di antara mereka sebagai wali nikahnya.


Jika wali sedang dalam keadaan ihram, maka:

- Tidak sah baginya menikahkan kerabatnya,

- Tidak sah pula ia mewakilkan orang lain,

Maka yang berhak menikahkan adalah hakim (qadhi) atau wakilnya.


Jika calon suami atau istri sedang dalam ihram:

- Tidak sah menikah,

- Tidak sah juga mewakilkan orang lain untuk mewakili akadnya,

- Harus terlebih dahulu menyelesaikan ihram (bertahallul), baru kemudian boleh melakukan akad nikah.

PERMASALAHAN BERDOA ...

 PERMASALAHAN BERDOA DENGAN MENGIRIM STIKER DI GRUP 

Pertanyaan : Apakah doa yg dikirim melalui stiker itu dianggap doa dan bermanfaat kepada mayyit ??? 

Jawaban : Do'a yang dikirim untuk orang yang sudah meninggal adalah bisa sampai dan bermanfaat untuk mayyit

Doa-doa tersebut harus dilafadzkan (diucapkan) secara lengkap terlebih dahulu, sebelum dishare.

Tetapi jika doa-doa tersebut hanya berbentuk stiker atau teks bacaan al-Fatihah dan do'a lainnya tanpa diucapkan terlebih dahulu sebelum dishare, (maka) tidak dikatakan doa dan tidak ada manfaatnya bagi mayyit.

(Referensi) silahkan dilihat beberapa keterangan sebagai berikut: 

1. Kitab  al-Adzkar li-Syaikhil Islam al-Imam al-Nawawi, hal. 16:

اعلم أن الأذكار المشروعة في الصلاة وغيرها واجبةً كانت أو مستحبةً لا يُحسبُ شيءٌ منها ولا يُعتدّ به حتى يتلفَّظَ به بحيثُ يُسمع نفسه إذا كان صحيح السمع لا عارض له

"Ketahuilah bahwa dzikir yang disyariatkan dalam salat dan ibadah lainnya, baik yang wajib ataupun sunnah tidak dihitung dan tidak dianggap kecuali diucapkan, sekiranya ia dapat mendengar yang diucapkannya sendiri apabila pendengarannya sehat dan dalam keadaan normal (tidak sedang bising dan sebagainya)."

2.  Kitab Al Mausu'ah al-Fiqhiyah (21/249):

 "لا يعتدُّ بشيء مما رتَّب الشارع الأجر على الإتيان به من الأذكار الواجبة أو المستحبة في الصلاة وغيرها حتى يتلفظ به الذاكر ويُسمع نفسه إذا كان صحيح السمع؛ 

"Dzikir yang wajib atau sunah, di dalam shalat atau yang lain, tidak bisa mendapatkan pahala kecuali dilafadzkan  orang yang berdzikir tersebut dan (suaranya) terdengar,  jika pendengarannya normal."

Kisah Hikmah tentang Derajat Para Fakir

Suatu ketika Syaqiq Al-Balkhi bertanya kepada Ibrahim bin Adham, saat ia baru datang dari Khurasan:

"Bagaimana keadaan para fakir dari sahabatmu?"

Ibrahim menjawab: "Aku tinggalkan mereka dalam keadaan—jika diberi, mereka bersyukur; dan jika tidak diberi, mereka bersabar."

Ibrahim mengira bahwa itu adalah pujian tertinggi bagi mereka, karena mereka tidak meminta-minta.

Namun Syaqiq berkata: "Begitulah juga anjing-anjing di kota Balkh, mereka pun seperti itu."

Lalu Ibrahim bertanya:

"Kalau begitu, bagaimana keadaan fakir di sisimu, wahai Abu Ishaq?"

Syaqiq menjawab: "Fakir-fakir di sisi kami, jika tidak diberi mereka tetap bersyukur, dan jika diberi, mereka mengutamakan orang lain (mendahulukan orang lain atas diri mereka)."

Mendengar itu, Ibrahim bin Adham mencium kepala Syaqiq dan berkata:

"Engkau benar, wahai guru."

Pelajaran:

Derajat tertinggi orang fakir bukan hanya sabar dalam kekurangan, tapi juga bersyukur saat susah dan berjiwa dermawan saat lapang, bahkan mendahulukan orang lain dalam kebaikan.

(Dari Ihya' Ulum al-Din oleh Imam Al-Ghazali)

Selasa, 4 Februari 2025

R e n u n g a n

Salah satu tulisan yang sangat mengesankan ditulis oleh Syekh Thanthawi (Grand Syeikh Al Azhar Assyarif) :

 كُلُّنَا اَشْخَاصٌ عَادِيٌّ فِى نَظْرِ مَنْ لاَ يَعْرِفُنَا

Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yg tidak mengenal kita..

 وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا 

Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita..

، وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا

Kita istimewa dalam penglihatan orang - orang yang mencintai kita..

 وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا

Kita adalah pribadi yg menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian..

 ، وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا

Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang - orang yang iri...

 ، لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah lelah agar tampak baik di mata orang lain..

 ، يَكْفِيْكَ رِضَا اللّٰهُ عَنْكَ ، رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَك 

Cukuplah dengan ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tak kan pernah tergapai..

، وَرِضَا اللّٰهُ غَايَةٌ لاَ تُتْرَك ، فَاتْرُكْ مَا لاَ يُدْرَكْ ، وَاَدْرِكْ مَا لاَ يُتْرَكْ   

Sedangkan Ridha Allah, destinasi yang pasti sampai,

Maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah.

JANGAN SESEKALI BERBURUK SANGKA KEPADA UMAT NABI MUHAMMAD ﷺ

Hormati setiap individu daripada Umat ini, baik itu orang alim, ahli ibadah, bahkan para pelaku maksiat. Sungguh hormatilah mereka semua.

Hormati seluruh umat Nabi Muhammad, karena umat ini juga adalah pengikut Dari Sang Nabi yang paling agung dan yang paling Mulia. Sudah pasti mereka adalah orang-orang terbaik di antara seluruh umat manusia. 

Umat ini saling berpegangan dan saling terikat satu sama lain. Orang yang taat serta para wali dari umat ini beristighfar memohonkan ampun untuk para pendosanya, dan Allah pasti menerima syafaat dari mereka. 

Dan jangan sekali-kali engkau ikut campur akan hal yang terjadi pada mereka. Barkan saja, karena sejatinya umat ini dipenuhi oleh kasih sayang Allah, dan antara orang yang bermaksiat dengan orang-orang yang Sholeh mereka memiliki hubungan, dan beginilah cara kerja seluruh umat. Orang-orang sholeh akan menolong orang-orang yang bermaksiat. 

Sebagai contoh adalah seorang muslim yang hafal Al-Qur’an, maka kelak akan memberikan syafaat di hari kiamat, mereka para penghafal serta yang mengamalkan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada 10 orang keluarganya yang sudah pasti masuk neraka, sehingga bisa masuk kedalam surganya Allah kemudian. Umat ini sangat disayangi oleh Allah, jangan sesekali berburuk sangka kepada mereka.

Terjemahan dari salah satu video Maulana Syekh Yusri Gabr Al-Hasani

Isnin, 6 Januari 2025

 *Faedah Haul Imamain (Malang)*

_Tausiah : Al Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf_

📘 *Ibadah tidak akan bernilai*, jika tanpa ilmu.

📘 *Mencari ilmu* hukumnya wajib.

📘 *ALLAH tidak menciptakan* jin dan manusia, *kecuali* hanya untuk beribadah kepada-NYA.

📘 *Jangan diangap* yang banyak sholat itu bagus.

- *Jika dia sholat di waktu* yang diharamkan untuk sholat, maka dia berdosa.

📘 *Jangan dianggap semua* orang yang berpuasa itu bagus.

- *Jika dia berpuasa* di hari raya atau hari-harri yang diharamkan untuk berpuasa, maka dia akan mendapat dosa.

📘 *Jangan dianggap semua* orang yang membaca Al-Qur'an itu bagus.

- *Jika dia membaca Al-Qur'an* dalam keadaan Junub, atau tidak dalam tempat yang benar, maka dia akan mendapatkan dosa bukan pahala.

📘 *Oleh kerana itu*, ilmu adalah hal yang sangat penting.

📘 *Tidak menggunakan ilmu* pada tempatnya, merupakan suatu perbuatan menyia-yiakan ilmu.

📘 *Syarat menjadi santri agar bisa dibimbing menuju ALLAH adalah* penuhi semua hak-haknya manusia.

- *Maksudnya*, jangan sampai berbuat salah/zalim kepada mereka.

📘 *Santri itu*, minima harus mengerti ilmu syariat.

📘 *Ilmu itu bukan* dibuat untuk saling berdebat, bukan untuk membanggakan diri, bukan untuk merendahkan orang lain.

- *Orang yang mencari ilmu* dengan niat yang salah, maka sudah disiapkan tempat untuknya di neraka.

📘 *Jangan banyak²-an* mencari ilmu akan tetapi tidak diamalkan. 

- *Hal itu* akan menghancurkan orang tersebut.

📘 *Silakan bekerja* untuk mencari dunia, seukuran kamu hidup di dunia ini.

- *Apakah kamu yakin akan hidup lama?* Atau besok mungkin sudah mati?

📘 *Beramalah kalian untuk akhirat*, seukuran kebutuhan bekal kalian di akhirat.

- *Apakah kalian cukup* dengan sedikitnya bekal ketika kelak di akhirat?

📘 *Bermunajatlah kalian kepada ALLAH*, seukuran banyaknya hajat kalian kepada ALLAH Ta'la.

📘 *Berbuatlah kalian untuk amalan ahli neraka*, seukuran kemampuan kalian menahan api neraka.

- *Apakah kalian kuat dengan api neraka walaupun 1 detik?*

- Padahal dengan api dunia saja, kalian sudah tidak kuat.

📘 *Jangan mudah* mengaku sebagai Murobbi.

- *Kerana seorang Murobbi* itu adalah orang yang 'Alim dan tidak cinta terhadap dunia.

📘 *Seorang Murobbi itu sedikit tidurnya*, akan tetapi banyak zikir-nya & banyak Ibadahnya.

📘 *Seorang Murobbi* itu sedikit makannya, lebih sering laparnya.

Catatan Al-Hikam -31 Disember 2024

Ahad, 5 Januari 2025

KISAH INSPIRATIF UNTUK PARA PENCINTA SHOLAWAT

Suatu hari, Imam Sufyan al-Tsaury berkisah:

Di padang pasir aku melihat seorang laki-laki. Setiap kali dia melangkahkan kaki, dari bibirnya terdengar bacaan sholawat.

"Hai saudaraku! Kamu tidak membaca tasbih dan tahlil, padahal dua dzikir ini adalah dzikir yang paling afdhol, (aku perhatikan) kamu hanya membaca SHOLAWAT. Adakah rahasia di balik yang kamu lakukan" tanya Imam Sufyan.

Orang tersebut balik bertanya

"Kamu siapa..??"

"Aku Sufyan al-Tsaury" jawab Imam Sufyan

"Jika bukan kerana kamu orang yang Sholih dan Ahli Zuhud, aku tidak akan menceritakan rahasiaku" ujar orang tersebut.

Orang tersebut membuka cerita

"Saat itu aku sedang perjalanan menuju Makkah jntuk melaksanakan ibadah haji. Sesampainya kami di suatu tempat, ayahku tiba-tiba jatuh sakit. Akupun melayani kebutuhan beliau dan berusaha mencarikan obat semampuku. Tapi takdirnya telah tertulis untuk meninggal di pangkuanku. Sedihnya, wajah beliau seketika berubah menjadi hitam. 

Aku tutup muka ayahku dengan kain, dan tak disangka aku tertidur. Dalam tidur aku bermimpi bertemu dengan orang yg sangat tampan, tidak ada yang lebih tampan darinya. Pakainnya sangat bersih, aku tidak pernah melihat pakaian yang lebih bersih dari pakaiannya.  Tubuhnya semerbak wangi, wangi yang tak pernah aku temukan parfum yang lebih wangi dari tubuhnya. 

Dia mendekatiku. Saat dia berada di samping ayahku, dia membuka kain penutup wajahnya, dan dia mengusap wajah ayah dengan tangannya, seketika wajah ayah berubah menjadi putih. Setelah itu dia beranjak pergi.

Aku pegang bajunya, dan aku bertanya padnya: Anda siapa..?? Allah telah mengirim anda untuk menyelamatkan ayahkku di tempat yang asing bagi kami. 

Dia balik bertanya: apakah kamu tidak mengenalku..??

Aku adalah Muhammad putra Abdullah, kepadku al-Qur'an diturunkan. Ya, ayahmu dulu ahli maksiat, tapi dia gemar BERSHOLAWAT. Saat sakaratul maut datang dia memanggilku meminta tolong. Aku pasti menolong orang yang banyak BERSHOLAWAT padaku.

Aku akhirnya terbangun. Aku cepat-cepat membuka kain penutup wajah ayah, ternyata wajahnya berubah menjadi putih.” 

Demikian, semoga bermanfaat dan menambah cinta kita pada Nabi Muhammad SAW.

Sangat suka dengan surat Al-Ikhlas

 Suatu Saat Malaikat Jibril turun kepada Baginda Nabi Muhammad ﷺ Seraya Menyampaikan : 

"Wahai Nabi Muhammad ﷺ, Sahabat Muawiyah bin Muawiyah al-Muzanni telah Meninggal dunia. Apakah kau hendak Menyolatinya?"

" Iya", jawab Beliau.

Saat Baginda Rossulullah ﷺ Menyolatinya, ikut juga Bersamanya 2 shaf (baris) Malaikat Sholat Bersamanya (disetiap shafnya sebanyak 70.000). 

Akhirnya Baginda Rosulullah ﷺ bertanya kepada Malaikat Jibril : 

"Apa yang membuatnya sampai pada derajat (kedudukan) semacam ini"

Dijawablah : 

"Ia sangat suka dengan surat Al-Ikhlas, dan Senantiasa Membacanya baik saat datang, pergi, berdiri, duduk dan di setiap keadaannya."

اللهم إنا نسألك حسن الختام ولا تقبضنا من الدنيا إلا وأنت راضٍ عنا بحق قل هو الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد..🤲🏻

Pengertian Haul

Secara bahasa haul adalah kegiatan tahunan. Secara istilah adalah peringatan satu tahun meninggalnya seseorang. Dalam acara haul biasanya terdapat beberapa kegiatan di antaranya : ziarah, berdzikir, bertahlil, mengadakan halaqah, manaqib, tausyrah, bakti sosial, dan lain sebagainya

Dalil-dalil haul

Ada banyak dalil syar’I tentang haul diantaranya dalam kitab Al-kawakib ad-Durriyah, juzI, hlm 32 diterangkan:

قَالَ اْلوَاقِدِ وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزُوْرُ قَتْلَ أُحُدٍ فِىْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا لَقَاهُمْ بِالشَعْبِ رَفَعَ صَوْتَهُ يَقُوْلُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ وَكَانَ اَبُوْ بَكْرٍ يَفْعَلُ مِثْلَ ذَالِكَ وَكَذَالِكَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ. وَفِى نَهْجِ اْلبَلَاغَةِ – اِلَى اَنْ قَالَ- وَفِى مَنَاقِبِ سَيِّدِ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لِلسَّيِّدِ جَعْفَرِ اْلبَرْزَنْجِْي قَالِ: وَكَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالَّسلَامُ يَأْتِي قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ بِأُحُدٍ عَلَى رَأْسِ كُلِّ حَوْلٍ-الخ.

Al-waqidi berkata: Rosul mengunjungi makam para pahlawan Uhud setiap tahun. Jika telah sampai di Syi’ib ( tempat makam mereka ), Rosul agar keras berucap : Assalamu ‘alaikkum bima sahabartum faniqma ‘uqba ad-dar (semoga kalian selalu beroleh kesejahteraan atas kesabaran yang telah kalian lakukan. Sungguh, akhirat tempat yang paling nikmat . Abu Bakar, Umar, Utsman juga melakukan hal yang serupa. Sampai kata-kata…Dalam Manaqib sayyid as-Syuhada Hamzah bin abi Tholib yang ditulis Sayyid Ja’far al-Barzanjy, dia berkata : Rosululoh mengunjungi makam Syuhada Uhud setiap awal tahun..

Dalil kedua , al-fatawa al-Kubra, juz II hlm, 18 : Ahkam al-fukaha, juz III, hlm. 41-42 :

ذِكْرَ يَوْمِ اْلوَفَاةِ لِبَعْضِ اْلاَوْلِيَاءِ وَالْعُلَمَاءِ مِمَّا لَا يَنْهَاهُ الشَّرِيْعَةُ الْغُرَّاءُ، حَيْثُ اَنَّهَا تَشْتَمُِ غَالِبًا عَلَى ثَلَاثَةِ أُمُوْرٍ مِنْهَا زِيَارَةُ اْلقُبُوْرِ، وَتَصَدُّقُ بِاْلمَأْكُوْلِ وَاْلمَشَارِبِ وَكِلَاهُمَا غَيْرُ مَنْهِيٍّ عَنْهُ، وَمِنْهَا قِرَاَةُ اْلقُرْآنِ وَاْلوَعْدِ الدِّيْنِي وَقَدْ يُذْكَرُ فِيْهِ مَنَاقِبُ اْلمُتَوَفَّى وَذَالِكَ مَسْتَحْسَنٌ لِلْحَثِّ غَلَى سُلُوْكِ الطَّرِيْقَتِهِ اْلمَحْمُوْدَةِ كَمَا فِى الْجُزْءِ الثَّانِى مِنَ الْفَتَوِى اْلكُبْرَى لِاِبْنِ حَجَرٍ وَنَصَّ عِبَاَرتُهُ: عِبَارَةُ شَرْحَيِ اْلعُبَابِ: وَيَحْرُمُ النَّدْبُ مَعَ اْلبُكَاءِ كَمَا حَكَاهُ فِى اْلاَذْكَارِ وَجَزَمَ بِهِ فِى اْلمَجْمُوْعِ وَصَوَّبَهُ اْلاَسْنَوِي-اِلَى اَنْ قَالَ-اِلَّا ذِكْرُ مَنَاكِبِ عَالِمٍ وَرَعٍ اَوْ صَالِحٍ لِلْحَثِّ عَلَى سُلُوْكِ طَرِيْقَتِهِ وَحُسْنُ الظَّنِّ بِهِ بَلْ هِيَ حِيْنَئِذٍ بِالطَّاعَةِ أَشْبَهُ لِمَا يَنْشَأُ عَنْهَا مِنَ اْلبِرِّ وَالْخَيْرِ وَمِنْ ثَمَّ مَازَالَ كَثِيْرً مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ مِنَ اْلعُلَمَاءِ يَفْعَلُوْنَهَا عَلَى مَمَرِّ اْلاِعْصَارِ مِنْ غَيْرِ اِنْكَارٍ.

Memperingati hari wafat para wali dan para ulama termasuk amal yang tidak dilarang agama. Ini tiada lain karena peringatan itu biasanya mengandung sedikitnya 3 hal : ziarah kubur, sedekah makanan dan minuman dan keduanya tidak dilarang agama. Sedang unsur ketiga adalah karena ada acara baca al’qur’an dan nasehat keagamaan. Kadang dituturkan juga manaqib ( biografi ) orang yang telah meninggal. Cara ini baik baik untuk mendorong orang lain untuk mengikuti jalan terpuji yang telah dilakukan si mayit, sebagaimana telah disebutkan dalam qitab fatawa al-Kubara,juz II, Ibnu Hajar, yang teksnya adalah ungkapan terperinci dari al-Ubab adalah haram meratapi mayit sambil menangis seperti diceritakan dalam kitab al-Azkar dan dipedomani dalam al-Majmu’, al-Asnawi membenarkan cerita ini. Sampai pernyatan …kecuali menuturkan biografi orfang alim yang Wira’i dan sleh guna mendorong orang mengikuti jalannya dan berbaik sangka dengannya. Juga agar orang bisa lagsung berbuat taat, melakukan kebaikan seperti jalan yang telah dilalui almarhum. Inilah sebabnya sebian sahabat dan ulama selalu melakukan hal ini sekian kurun waktu tanpa ada yang mengingkarinya.

Dari dalil-di atas dapat disimpulkan bahwa peringatan haul itu dapat dibenarkan secara syara’.

Catatan Al-Hikam

HIDAYAH PETUNJUK

إِنَّكَ لَا تَهۡدِی مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ یَهۡدِی مَن یَشَاۤءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِینَ "Sesungguhnya engkau (...