Oleh:
Mamduh Farhan al-Buhairi
Gambar hiasan sahaja |
Laki-laki
itu adalah
al-Arqam bin Abil
Arqam al-Qurasyi
al-Makhzumiy. Kuniahnya
Abu ‘Abdillah; Seorang
sahabat yang agung,
salah seorang
tokoh-tokoh yang pertama
masuk Islam. Menurut
satu pendapat
beliau merupakan
orang ketujuh yang masuk
Islam. Pendapat lain mengatakan
yang kesepuluh. Masuk
Islam berkat dakwah
Abu Bakar as-Shiddiq
dengan izin
Allah Ta'ala.
Adalah
rumah al-Arqam
di atas bukit
Shafa, tempat
Nabi berkumpul
dengan sahabat-sahabat
beliau , terhindar
dari pandangan
orang-orang musyrik,
untuk mengajari
mereka Alqur`an
dan syariat
Islam. Di rumah
inilah, para tokoh
besar dan
generasi awal
dari kalangan
sahabat masuk
Islam.
Rumah
al-Arqam termasuk
salah satu
rumah yang memiliki
peran penting
dalam sejarah
Islam; Lembaga pendidikan
pertama tempat
Nabi membina
para pelopor yang akan
menyertai beliau
mengemban tanggung
jawab besar,
menyampaikan risalah
Allah Ta'ala.
Rumah
tersebut berada
di bukit shafa.
Di sana Rasulullah
terus menyampaikan
dakwan Islam hingga
para pelopor radhiallahu
‘anhum itu
genp berjumlah
empat puluh
orang. Mereka inilah
yang kemudian tampil
secara terang-terangan
berdakwah kepada
Allah. Al-Arqam
mewakafkan rumah
tersebut.
Pilihan
Rasulullah jatuh
kepada rumah
al-Arqam disebabkan
oleh faktor-faktor
berikut:
1.
Keislaman al-Arqam
belum tersebar.
Oleh karena
itu tidak
pernah terbersit
sedikit pun dalam
benak orang-orang Quraisy
bahwa Nabi
Muhammad dan para sahabatnya
berkumpul di rumahnya.
2.
Al-Arqam bin Abil
Arqam , berasal
dari Bani
Makhzum; Klan Makhzum
adalah simbol
pesaing dan
rivalitas kontra
Bani Hasyim. Jikapun
keislamannya telah
diketahui, tetap
tidak terbayang
oleh mereka
rumahnya dijadikan
ajang pertemuan;
Hal itu berarti
melakukan pertemuan
di jantung barisan
musuh.
3.
Al-Arqam saat
itu baru
menginjak usia
remaja, kurang
lebih enam
belas tahun.
Ketika orang-orang Quraisy
mencari tahu
keberadaan markas
Islam, mereka tidak
pernah berpikir
untuk menyelidiki
rumah para sahabat
yang masih muda-belia.
Mereka hanya
mengarahkan pandangan
ke rumah
para sahabat yang telah
dewasa, atau
rumah beliau
sendiri.
Berdasarkan
hal tersebut
di atas, dapat
disimpulkan bahawa
rumah tersebut
merupakan pilihan
matang yang sangat
bijak.
Setelah
hijrah ke
Medinah, al-Arqam
dipersaudarakan Rasulullah
dengan Zaid bin Sahl
. Al-Arqam bin Abil
Arqam turut
serta dalam
perang Badar,
Uhud, dan
seluruh peperangan
lainnya, tidak
pernah absen
dari medan
jihad. Rasulullah memberinya
sebuah rumah
di Madinah.
Sebuah
riwayat menyebutkan
suatu hari
al-Arqam menyiapkan
perbekalan untuk
perjalanan ke
Baitul Maqdis.
Kemudian dia
menemui Nabi
, untuk berpamitan.
Maka Nabi
bersabda kepadanya,
“Apa yang membuatmu
hendak melakukan
perjalanan wahai
Abu Abdillah? Apakah
suatu keperluan,
ataukah perniagaan?”
Al-Arqam
menjawab, “Wahai
Rasulullah, bapak
dan ibuku
menjadi tebusan
anda, sesungguhnya
saya ingin
shalat di Baitul
Maqdis.” Rasulullah
bersabda kepadanya,
“Shalat di masjidku
ini lebih
baik daripada
seribu shalat
di masjid lain kecuali
Masjidil Haram.” Al-Arqam
pun kembali ke
rumahnya dengan
penuh taat
melaksanakan perintah-perintah
beliau .
Al-Arqam
terus berjihad
di jalan Allah Ta'ala.
Dia tidak
bakhil dengan
harta, jiwa,
dan waktunya
untuk jalan
Allah, demi perjuangan
Islam dan kaum
muslimin, hingga
sakit mendatangi
dan menghantarkannya
kepada kematian.
Tatkala
dia merasa
ajalnya telah
dekat, –waktu
itu era Mu’awiyah
bin Abi Sufyan –dia
berwasiat agar Sa’d
bin Abi Waqqash yang menyolatinya.
Tidak lama berselang
al-Arqam pun meninggal.
Waktu itu
Sa’d bin Abi Waqqash
sedang tidak
berada di Madinah. Maka
Marwan bin al-Hakam,
Gubernur Madinah ingin
dialah yang menyalatinya,
tetapi ‘Ubaidillah
bin al-Arqam menolaknya.
Marwan pun berkata,
“Apakah [jenazah]
sahabat Rasulullah
akan ditahan
hanya karena
seorang yang tidak
hadir?”
‘Ubaidillah
bin al-Arqam menolak
siapa pun menyalatinya
sampai Sa’d
bin Abi Waqqash datang,
dan pendapatnya
diikuti oleh
Banu Makhzum.
Al-Arqam bin Abil
Arqam dimakamkan
di al-‘Aqiq tahun
55 H.
Beliau
meninggal dalam
usia delapan
puluh tahun
lebih . Semoga
Allah Ta'ala rida
kepadanya, dan
membalas jasanya
terhadap Islam dan
umat Islam dengan
sebaik-baik balasan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan